gambar by google

Seorang tukang bangunan yang sudah tua berniat untuk pensiun dari profesi yang sudah ia geluti selama puluhan tahun. Ia ingin menikmati masa tua bersama istri dan anak cucunya. Ia tahu ia akan kehilangan penghasilan rutinnya namun bagaimanapun tubuh tuanya butuh istirahat. Ia pun menyampaikan rencana tersebut kepada mandornya.
Sang Mandor merasa sedih, sebab ia akan kehilangan salah satu tukang kayu terbaiknya, ahli bangunan yang handal yang ia miliki dalam timnya. Namun ia juga tidak bisa memaksa. Sebagai permintaan terakhir sebelum tukang kayu tua ini berhenti, sang mandor memintanya untuk sekali lagi membangun sebuah rumah untuk terakhir kalinya.
Dengan berat hati si tukang kayu menyanggupi namun ia berkata karena ia sudah berniat untuk pensiun maka ia akan mengerjakannya tidak dengan segenap hati. Sang mandor hanya tersenyum dan berkata, "Kerjakanlah dengan yang terbaik yang kamu bisa. Kamu bebas membangun dengan semua bahan terbaik yang ada."
Tukang kayu lalu memulai pekerjaan terakhirnya. Ia begitu malas-malasan. Ia asal-asalan membuat rangka bangunan, ia malas mencari, maka ia gunakan bahan-bahan berkualitas rendah. Sayang sekali, ia memilih cara yang buruk untuk mengakhiri karirnya.
Saat rumah itu selesai. Sang mandor datang untuk memeriksa. Saat sang mandor memegang daun pintu depan, ia berbalik dan berkata, "Ini adalah rumahmu, hadiah dariku untukmu!"
Betapa terkejutnya si tukang kayu. Ia sangat menyesal. Kalau saja sejak awal ia tahu bahwa ia sedang membangun rumahnya, ia akan mengerjakannya dengan sungguh-sungguh. Sekarang akibatnya, ia harus tinggal di rumah yang ia bangun dengan asal-asalan.

Pelajaran yang bisa diambil dari kisah ini adalah :

Anggaplah rumah itu sama dengan kehidupan Anda. Setiap kali Anda memalu paku, memasang rangka, memasang keramik, lakukanlah dengan segenap hati dan bijaksana.
Sebab kehidupanmu saat ini adalah akibat dari pilihanmu di masa lalu. Masa depanmu adalalah hasil dari keputusanmu saat ini.

dicopy dari : Anne Ahira Newsletter


 
Suasana seminar Muslim' Show
Rabu (12/03/14) Muslim’ Show to Yogyakarta sukses digelar Mizan Publishing House yang bekerjasama dengan Program Pendidikan Ilmu Perpustakaan Universitas Negeri Islam Sunan Kalijaga dan Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga. Persiapan panitia yang begitu matang patut diacungi jempol, acara ini berlangsung meriah, dengan peserta hingga memenuhi ruangan teatrikal Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga. Untuk mengantisipasi hal ini panitia juga menyediakan sebuah LCD yang diletakkan diluar ruangan bagi para peserta seminar yang tidak dapat memasuki ruangan karena keterbatasan kuota.

Yogyakarta merupakan kota kedua dalam rangkaian perjalanan muslim show goes to Indonesia, setelah sebelumnya 3 komikus asal Prancis yakni Noredine Allam, Greg Blondin, dan Karim Allam ini singgah di Jakarta. Muslim’ Show goes to Indonesia yang diselenggarakan selama 10 hari mulai tanggal 06 – 16 maret 2014 merupakan rangkaian acara dari Festival Remaja Anak Mizan 2014. Diawali dengan launching dua jilid komik “The Muslim’ Show” pada tanggal 09 Maret 2014 di ajang Islamic Book Fair di Jakarta. Menghadirkan tiga komikus “The Muslim’ Show” dari Perancis yakni Noredine Allam, Greg Blondin, dan Karim Allam. Acara dilanjutkan dengan Public Lecture di tiga kota yakni Jakarta, Yogyakarta, dan Bandung.


Dauzan Farouk


Dauzan Farouk, mungkin nama ini masih asing ditelinga teman-teman. Beliau adalah tokoh pejuang literasi Indonesia, yang tak kenal henti menularkan semangat bacanya pada generasi penerusnya hingga di penghujung usianya. Lelaki kelahiran Yogyakarta 1925 merupakan seorang pensiunan veteran. Sejak tahun 1989, mbah Dauzan menghabiskan uang pensiunan dan tabungan hajinya untuk membeli buku-buku dan mendirikan sebuah perpustakaan bergilir yang diberi nama MABULIR (Majalah dan Buku Bergilir) dan beliau berkeliling kampung dengan sepeda ontelnya untuk meminjamkan buku-buku yang dimiliki kepada masyarakat secara gratis.

Goresan pena
Menorehkan cerita dalam lembaran-lembaran ringan
Sajak tak bermakna
Hanya pengiring mimpi menuju keperaduan
Hanya penolong jiwa penghibur diri
Tak pernah menjadi tuan 
Hanyalah emban pengisi tuan




Nih, buat temen-temen yang jomblo, LDR, maupun yang udah punya pasangan juga boleh ikut. Kali ini ku ajak kalian untuk ta’arufan sama profesi yang satu ini. Tak sungkan-sungkan ku berbagi duniaku untuk kalian jamah kali ini dan mencoba memperbaiki penafsiran yang salah yang selama ini di masyarakat mengenai seorang pustakawan. 


Masih ingatkah teman-teman film yang tayang pada tahun 2010 berjudul Eat Pray Love?? Film yang merupakan adaptasi dari buku karangan Elizabet Gillbert, dan dibintangi oleh Julia Roberts ini mengambil lokasi syuting dibeberapa negara, yakni New York, Itali, India dan Indonesia. Untuk lokasi syuting di Indonesia mengambil tempat di Bali. Pantai Padng-padang merupakan salah satu tempat pengambilan adegan film ini, kini mulai ramai dikunjungi para wisatawan. 

Beberapa waktu lalu saya mencoba berkunjung untuk membuktikan keindahan pantai padang-padang. Rasanya perjalanan yang cukup melelahkan terbayar dengan pemandangan celah tebing, dan karang-karang besar yang memanjakan mata kita.



Dalam dunia perpustakaan kita mengenal yang namanya panduan pustaka atau library pathfinder. Tapi tak banyak yang tahu tentang pathfinder, bagi orang-orang yang tidak berkecimpung di dunia perpustakaan. Kata pathfinder akan menjadi sedikit asing di telinga mereka.  Kali ini,  akan mengulas tentang apa itu pathfinder.

Hidup adalah Penantian..

Ketika ada orang berkata, “menunggu adalah hal yang paling membosankan”. Mungkin banyak orang yang akan setuju pada statement tersebut. Namun pernahkan terlintas di fikiran kita, apa yang membuat kita merasa bosan ketika kita menunggu?. 


Telah banyak waktu yang ku lewatkan tanpa kalian
karena ketidak berdayaanku
banyak Lubang yang mungkin kini tak mampu ku tutupi
dan ku takutkan jika ini semakin jadi
ketika aku dalam keterpurukan
menangisi derita yang tak sepantasnya kuratapi
membelengguku dalam ketakutan