Tak Kenal Maka Ta’aruf





Nih, buat temen-temen yang jomblo, LDR, maupun yang udah punya pasangan juga boleh ikut. Kali ini ku ajak kalian untuk ta’arufan sama profesi yang satu ini. Tak sungkan-sungkan ku berbagi duniaku untuk kalian jamah kali ini dan mencoba memperbaiki penafsiran yang salah yang selama ini di masyarakat mengenai seorang pustakawan. 


Pustakawan, ya pustakawan cintaku kini mulai bersemi untuk profesi ini, ketika aku mulai mengenalnya lebih dalam. Sama halnya dokter, dulu ketika masih kecil banyak orang yang ingin jadi dokter, karena apa???. Karena mereka sudah mengenal tugas , dan jasa yang dokter berikan , ketika berkunjung kerumah sakit. Mungkin, jika anak-anak sering dibawa keperpustakaan dan mengenal tugas dan jasa pustakawan, bisa jadi mereka ingin menjadi pustakawan. Paling tidak mereka akan lebih menghormati profei ini. Aku berharap kecintaan teman-teman pada profesi ini juga ikut tumbuh seiring membaca tulisan ini. 

Ketika mendengar kata Pustakawan, apa yang ada di benak kalian??? Sebagian orang pasti menjawab dengan statement yang secara tidak langsung memandang sebelah mata profesi seorang pustakawan, “Alah, Pustakawan, tukang jaga buku”. Jika kalian bertemu denganku 2 tahun yang lalu, mungkin itu statement yang akan aku lontarkan mengenai profesi seorang pustakawan. Tapi kini mencari ilmu di jurusan ilmu perpustakaan membuka jalan pikiranku, dan secara tidak langsung menampar pipi ku dengan mengacungkan jarinya dihadapan mukaku seraya berkata “betapa sempitnya keilmuan yang kamu miliki sampai kau tak pernah tahu profesi ini”. Ya jujur saja tak pernah ku dengar istilah pustakawan selama aku duduk dibangku sekolah, tak pernah kudengar istilah pustakawan, yang kutahu hanyalah pegawai perpustakaan. Pustakawan tak sepopuler sejarahwan. Para pustakawan juga tak se-eksis sejarahwan yang sering tampil dilayar kaca. Itulah mengapa dulu aku menganggap profesi pustakawan terkesan biasa saja.
Aku yang dulu bukanlah yang sekarang, aku yang sekarang adalah aku yang mulai jatuh hati pada dunia ini. Meskipun berawal denga sebuah paksaan, namun cinta itu tumbuh dengan sendirinya. Satu pertanyaan yang sering orang tanyakan padaku “Kenapa kuliah dijurusan perpustakaan, kenapa ingin jadi pustakawan?? Pertanyaan yang tak pernah mampu ku jawab kala itu, pertanyaan yang selalu menggeliat diotakku itu akhirnya mampu membuka jalan pikiraku. Salah satu tugas pustakawan adalah melayani para pemustaka, dan dari sini munculah tekad dalam diriku, aku tak ingin kelak aku bertemu dengan para pemustakaku dengan sikap dan pola pikirku yag dulu. Dan ternyata tak butuh waktu lama untuk  jatuh cinta pada dunia ini.
Dan kini aku tahu bahwa Pustakawan juga tak kalah eksis dari para sejarahwan yang sering muncul di tv, ini dibuktikan dengan banyaknya prestasi yang ditorehkan para pustakawan. Pustakawan tak hanya tukang jaga buku, karena pustakawanlah yang menyaring informasi yang ada sebelum masuk keperpustakaan dengan seleksi yang begitu ketat, tidak hanya itu masih banyak lagi prosedur yang harus dilakukan sebelum buku-buku dan koleksi lain siap disuguhkan pada para pemustaka.

Putakawan tak kalah dari dokter, ketika dokter mengobati dan melayani pasien yang terluka pustakawan juga mengobati buku-buku yang mulai buruk rupa, menjadi lebih cantik dan indah. Melayani para pemustaka yang datang berkunjung.
Pustakawan layaknya psikolog yang menampung keluh kesah para pemustaka dan memberikan solusinya.
Pustakawan layaknya polisi yang mampu menjaga buku-buku serta pengetahuan yang ada di didalamnya.
Pustakawan layaknya koki yang mampu mengolah nformasi menjadi layak untuk disantap pemustakanya.

Dan Pustakawan layaknya ibu yang terus berupaya melindung dan menjaga para pemustaka, dari informasi-informasi negative yang tidak layak untuk dikonsumsi dengan menyeleseksi bahan pustaka dengan begitu ketat dan teliti.

0 komentar:

Posting Komentar